• aida: Desember 2007

    Selasa, 11 Desember 2007

    Pohon Mimpiku


    Letupan itu harus segera diabadikan...tidak boleh terlewat begitu saja. Setelah sekian hitungan waktu pohon mimpiku layu tanpa tenaga, semakin lama semakin kerdil tampaknya.Letupan kesekian kali yang sebenarnya ini bukan yang pertama kali.sihir tertralogi Andrea Hirata-walaupun masih satu dr empat buku itu yang kubaca-tapi rasanya kuat sekali sihir itu akan menjadi guyuran hujan di musim kemarau, menjadi pupuk penyubur, dan menjadi sengatan mentari untuk berfotosintesa bagi pohon mimpiku yang layu-kuyu. Dulu sihir serupa pernah kurasakan bersumber dari ayat-ayat cinta, Habiburrrahman El Shirazy (maaf kalo salah spellingnya), atau dari membangun manusia paripurna ala dua icon perubahan (A kuadrat, Anis Matta-Ary Ginanjar Agustyan). Tapi aku sekarang harus bergerak cepat sebelum sihir itu habis kekuatannya, sebelum semuanya menguap tanpa jejak. Bagaimana menyelematkan letupan ini, bagaimana menjadikannya tidak sekedar letupan sesaat tapi menjadi mata air yang akan terus mengalir sepanjang masa usia. bagaimana??
    aha..aku tau, aku harus mendokumentasikan dalam rangkaian huruf alphabet yang tersusun membentuk suku kata yang kan berbaris indah menjadi rangkaian kalimat penuh makna (setidaknya buat diriku sendiri). Tetapi bukan perkara yang mudah untuk bisa membuat pohon mimpiku berdiri kembali dengan akar yang menancap kuat kedalam alam bawah sadarku, setelah sekian waktu ia tertunduk layu tanpa nutrisi yang berarti.
    Tapi harapan layaknya seperti ibuku yang selalu siap sempurna untuk menerima apapun kondisi anaknya. Pun dengan harapan, aku yakin masih memiliki harapan untuk menumbuh suburkan pohon mimpiku dengan akar yang menancap kuat di dasar alam bawah sadar, dengan ranting-rantingnya yang kokoh menahan angin kencang kehidupan dengan pucuk tumbuhnya yang akan menjulang keatas sampai menemukan dan merangkai mozaik-mozaik hidupku. Tetapi satu hal yang harus terus menancap dan terpatri dengan paku baja di dalam hati yang paling jernih dan lapang. Bahwa puncak dari pohon mimpi itu adalah menjadi muslim yang sesungguhnya dengan kalimat syahadat sebagai visi tertingginya.Ranting-ranting pohon mimpiku hanya akan menjadi tumpuan untuk bisa mencapai pucuk tertinggi dari puncak mimpi seorang muslim.
    1...2....3.... kumunculkan kembali semua impian yang pernah singgah dalam diriku, kutata rapi dan kemudian aku pilih dan pilah mana yang layak untuk dirangkai kembali dalam seutas benang kehidupanku.
    Di mulai dari mimpi saat aku kecil dulu hasil dogtrinasi uups..bukan dogtrinasi tapi eksposure dari cicipan pengalaman hidup yang kurang layak. Yaitu untuk menjadi manusia yang mandiri secara finansial, entah dengan pengejahwantahan manusia yang seperti apa. Kenapa harus mandiri secara finansial, skali lagi ini hanya menjadi sarana untuk menuju puncak pohon impian. Ini hanyalah rantingnya yang akan menjadi tumpuan untuk pijakan menuju puncaknya. Dengan ranting mimpi mandiri secara finansial maka aku akan dapat menumbuhkan ranting-ranting pohon mimpi yang lain:
    1. Menunaikan rukun Islam yang kelima untuk pahlawan hidupku (my beloved mom), waktu aku masih kecil, Ibuku selalu bilang bahwa akulah nantinya yang akan mewujudkan mimpinya untuk bisa menginjakkan kakinya di tanah suci. Semoga para malaikat mengamini dan Alloh akan segera mewujudkannya Ibuku!!
    2. Membangun rumahku di Surga bersama rumah mereka di dunia (anak yatim dan terlantar). Selalu miris kalo liat rumah elit bergaya istana yg cmn diisi pembantu. Sebuah paradoks ketika melihat anak-anak jalanan korban dari keculasan sistem harus menjadikan jalanan sebagai rumah mereka.
    3. Membangun peradaban kecil (calon imamku, para calon jundiku yang memberatkan bumi dg kalimatNya) dengan jaminan pendidikan dan kesehatan yang memadai ditengah-tengah semakin ketatnya persaingan hidup dengan kemiskinan terstruktur ala Indonesia. Semakin mahalnya pendidikan dan kesehatan.
    4. membangun rumah impian dengan konsep hunian yang ramah lingkungan, edukatif, hi tech, tanpa mengurangi citarasa kesederhanaan yang gak usang dimakan waktu (oh home sweet home)
    5. mewujudkan ambsi akademis, being bachelor of communication is not enough!!
    6. travel the world (mungkin tidak sebanyak andre hirata dengan 42 negara yang disinggahinya dengan ala backpacker yang gila, dari eropa sampai afrika dengan modal nekad) mulai dulu dari mekah dilanjutkan dengan japan..its great (dengan suami tercinta nantinya)
    7.8.9.10....banyak skali ranting kecilnya yang terlalu berjejalan kalau didokumentasikan semuanya. maksudnya ga sekarang..Thanks andrea hirata..tulus ikhlas dr seorang aida hirata (nice namekan?)


    saat menikmati KONI yang makin syepi..akan syepi lagi kalo aku akan diisolasi diruang yang jauh dr peradaban. Bukan maksudnya..justru aku akan mendekati peradaban, krn slama ini aku bersama orang2 yg kurang beradab.