• aida: Di suatu senja

    Minggu, 24 Juli 2011

    Di suatu senja

    Senja telah mengubah panorama kota menjadi teramat romantis dan sentimentil. Aku selalu menikmatinya, ketenangan udara sore yang mulai dingin menyentuh permukaan kulitku dipadu dengan indahnya langit merah saga di ufuk barat adalah obat yang sangat mujarab untuk mengobati kelelahanku menjalani lakon hari ini, dan aku memulai petualangan romantis diujung senja ini dari atas Fonger Groningen keluaran 1910 yang selalu setia menemaniku.

    Ku lirik silver tone degrade dial yang menempel dilengan kananku, “hemm vandaag om 16:30” gumamku lirih, mulai kutambah kecepatan kayuhanku untuk lekas meninggalkan Heerenstraat yang mulai padat merayap untuk segera menuju Simpangsche Societeit. Tampaknya sore ini sangat padat disekitar Heerenstraat, biasanya aku hanya membutuhkan waktu 10 menit dari Gebroders Knaud untuk sampai Hoofd Postkantoor. Tapi sore ini terlampau padat dengan lalu lalang para tuan-tuan yang akan menghabiskan malam akhir taun dengan pesta pora disepanjang jalan ini. “Kenapa aku tadi tidak naik tram saja ya, ah sudahlah beberapa hari ini aku selalu kecewa dengan tram yang penuh sesak, apalagi kalau naik tram aku harus turun didepan Governoure Kantoor, karena rute tram yang terlampau pendek hanya disekitar pusat kota, sedangkan rumahku ada dipinggir”.

    Padatnya Heerenstraat tidak menyiutkan niatanku untuk menyambangi Hoofd Postkantoor. Seharusnya pagi tadi aku mengeposkan surat ini, tapi karena kelalaianku, maka pagi tadi aku tidak punya waktu untuk mampir sebentar ke Hoofd postkantoor. Surat yang aku sangka telah tersimpan dengan aman di Daytone e/w messenger kesayangnku tertanyata tertinggal diatas meja kerjaku, dengan terpaksa aku harus kembali pulang kerumah, dan aku baru menyadarinya ketika fongerku telah sampai di Tuinhuis.

    Kalau seandainya surat tadi tidak tertinggal maka senja ini aku akan bisa menikmati panorama senja ini diatas Ferwedabrug, ya walaupun hanya sebentar tapi setidaknya dari Ferwedabrug ini, kecantikan para nonik-nonik itu bisa aku nikmati. Nonik-nonik dengan gaun indahnya dipadu dengan Champagne dial yang melingkari lengan ramping mereka, maka biasanya aku akan melempar senyum termanisku untuk memulai percakapan. “Ah sudahlah, senjakan tidak hanya hari ini”, hiburku pada diri sendiri.
    Sebenarnya aku tidak perlu susah-susah mengeposkan surat ini, kalau mau aku bisa menitipkan surat ini pada sahabatku yang bekerja di Handels Vareeniging Amsterdam karena setiap hari ia mengirimkan dokumen-dokumen melalui Hoofd postkantoor. Tapi entah kenapa hal ini tidak terpikirkan sama sekali. Kalau aku tadi sempat berpikir untuk menitipkan surat ini kepada sahabatku maka aku akan bisa menikmati senja di atas Farwedabrug dan tentunya aku juga tidak akan terlambat menghadiri undangan minum teh Tuan Ed Cuypers dan Hulswit Fermont di Simpangsche Societeit sore ini. “Sudahlah kenapa harus disesali, semoga lusa aku punya waktu untuk mampir sebentar dikediaman mereka di Commedia Straat, agar mereka tidak terlalu kecewa dan tak urung mengenalkanku dengan keponakan mereka yang cantik”

    ## semoga imajinasi anda mengenai setting dalam cerita ini benar ^^

    Fonger: Merk sepeda yang berasal dari Belanda

    silver tone degrade dial: Salah satu trend traveler watches milik Fossil dengan tema Long Live vintage

    Heerenstraat: Berarti jalan tuan-tuan, sekarang jalan Rajawali. Kenapa dinamakan tuan-tuan karena pada saat itu jalan ini menjadi pusat administrasi perdagangan dan perkebunan yang dipimpin oleh para tuan-tuan Belanda

    Simpangsche Societeit: sekarang disebut Balai Pemuda, dulu gedung ini berfungsi untuk tempat pesta dan pertemuan orang-orang Belanda.

    Gebroders Knaud: Gedung yang terletak di jalan Rajawali no.5 juga dikenal dengan nama The Cigar Building atau gedung cerutu, hanya bentuk gedungnya saja yang mirip cerutu, tetapi bukan gedung perusahaan cerutu, di bangun tahun 1916.

    Hofd Postkantoor: Berarti kantor pos, yang dimaksud kantor pos dalam cerita ini adalah kantor pos pusat di jalan Kebun Rojo no. 10. Gedung ini pada tahun 1861 difungsikan sebagai karesidenan, kebudian pada 1926 berubah fungsi sebagai HBS (sekolah milik belanda setingkat SMP atau SMU) dan disinilah Presiden pertama RI bersekolah.

    Governoure Kantoor: Kantor Gubernur yang berada di jalan yang dulunya bernama Aloon-aloon straat. Gedung ini dibangun 1929 – 1931, sebagai kantor Gubernur dalam rangka pelaksanaan politik desentralisasi.

    Daytone e/w messenger: Vintage bag untuk laki-laki koleksi Fossil
    Tuinhuis: Gedung Grahadi 1795, awal mulanya gedung ini dibangun menghadap kesungai mas sebelum dirubah menghadap ke jalan, dan sekarang difungsikan sebagai gedung resmi perjamuan Gubernur Jawa Timur.

    Ferwedabrug: Jembatan merah, catatan sejarah menyebutkan disekitar jembatan ini terjadi pertempuran yang paling seru di pulau Jawa antara arek-arek Suroboyo dan tentara sekutu. Dalam pertempuran 10 Nopember 1945 inilah Brigjen Mallaby, seorang jenderal pasukan sekutu tewas. Disebut jembatan merah, karena pada saat pertempuran jembatan ini berwarna merah karena banyaknya darah pejuang yang tercecer.

    Champagne dial: Bracelet watches vintage edition by Fossil.

    Handels Vareeniging Amsterdam: Perusahaan perkebunan Belanda yang sekarang kantornya berubah nama menjadi PTPN XI

    Ed Cuypers dan Hulswit Fermont: Nama arsitek yang mebuat design gedung terindah dan termewah di Surabaya pada masanya yaitu gedung PTPN XI atau dulu dikenal dengan nama HVA. Gedung yang ubinnya berupa batu marmer yang langsung di impor dari Belgia begitu juga dengan keramik kuning yang menghiasi temboknya.

    Commedia Straat: Sekarang dikenal dengan jalan merak, jalan dimana ada
    gedung PTPN XI

    Sumber: Surabaya Heritage Map By House of Sampoerna dan Suara Surabaya

    “Sepenggal potret sejarah Surabaya yang saya sangat menyukainya”

    0 Komentar:

    Posting Komentar

    Berlangganan Posting Komentar [Atom]

    << Beranda