• aida: Ibu Sang Penyelamat Bumi

    Selasa, 18 Januari 2011

    Ibu Sang Penyelamat Bumi

    Menjadi perempuan adalah sebuah anugerah, karena Tuhan menitipkan sebagian keberlangsungan kehidupan ini melalui rahim seorang perempuan yang kemudian disebut Ibu. Menjadi seorang Ibu tidaklah harus melahirkan seorang bayi dari rahimnya, tetapi harus melahirkan ekspresi kasih sayang dan tanggung jawab untuk keberlangsungan kehidupan generasi mendatang di muka bumi ini.

    Sudah menjadi fitrahnya jika menyandang predikat Ibu maka akan ada sifat-sifat mendasar dan mutlak yang menyertainya, kemudian membentuk apa yang disebut dengan naluri. Seperti sifat penyayang, pelindung, pemberi, pendidik dan berbagai sifat kebaikan yang tidak bisa dibandingkan dengan kebaikan manapun di muka bumi ini.

    Salah satu sifat yang sangat menonjol dari seorang Ibu adalah sifat pelindung. Seorang Ibu akan melindungi anaknya dari berbagai ancaman yang bisa mengancam keselamatannya, tak terkecuali ancaman dari rusaknya bumi, yang akan berpengaruh langsung terhadap keberlangsungan generasi mendatang. Karena Ibu yang baik, adalah Ibu yang faham dan tahu betul dengan apa dan siapa anaknya akan berbagi di bumi yang hanya satu ini. Sehingga dalam setiap tindakannya, Ibu akan sangat bijak dan adil untuk ikut memikirkan keberlangsungan penghuni lain di muka bumi. Selain karena Ibu adalah pemeran utama dan pertama penyampai nilai-nilai kepada anak, dan tentunya juga, Ibu adalah pengelola keluarga yang bersentuhan langsung dengan masalah lingkungan, yang tak lain sebagian penyebab dari rusaknya bumi ini adalah bersumber dari lingkungan domestik yaitu keluarga.

    Lalu apakah memang seperti itukah Ibu kita atau saya dan anda yang telah menjadi atau akan menjadi Ibu?. Dulu Ibu-ibu kita selalu mengajak anak-anaknya untuk terlibat langsung dan bertanggung jawab dengan keasrian pekarangan. Walaupun mungkin hanya meminta anak-anaknya menyiram tanaman setiap pagi dan sore. Setelah dewasa kita baru memahami bahwa tanaman yang ditanam Ibu dipekaranganlah, yang membuat udara menjadi segar dan bersih, air yang meresap kedalam tanah menjadi maksimal. Tanah menjadi kuat dan tidak mudah longsor karena ada akar tanaman yang menahannya, lingkungan menjadi indah dan tentunya mengurangi ketergantungan keluarga terhadap mesin pendingin seperti AC atau kipas angin yang menyerap energi listrik.

    Ibu juga mengajarkan bagaimana mengelola sampah, walaupun mungkin Ibu dulu tidak mengenal istilah sampah organik dan anorganik, tapi beliau tahu kalau sampah seperti plastik tidak akan dapat terurai secepat daun atau ranting yang mengotori pekarangan. Makanya beliau selalu memisahkan antara sampah yang harus dibakar, dikubur yang kemudian menjadi humus, atau diloak yang kemudian menjadi uang. Kebiasaan memisahkan sampah organik dan anorganik yang Ibu lakukan, ternyata memberikan pengaruh terhadap sifat sampah yang berpotensi menjadi lawan akhirnya bisa menjadi kawan. Menjadi kawan yang menghasilakan manfaat, seperti sampah plastik makanan instan, yang disulap menjadi tas cantik yang bernilai tinggi. Belum lagi botol-botol bekas yang bermetamorfosa menjadi souvenir atau menjadi bahan bangunan tembok rumah yang memiliki estetika dan ramah lingkungan.


    Setiap anak-anaknya mau bermain dan menghabiskan air di kamar mandi, Ibu selalu berujar bahwa air juga perlu dihemat, meskipun air gratis diberikan Tuhan seperti oksigen dan sinar matahari. Ternyata Ibu benar pada kenyataannya 97,5 % air di bumi adalah air laut dan air payau yang tidak dapat diminum. Sisanya 2,5% adalah air tawar. Dari sisa 2,5% tersebut yang merupakan sumber air yang dapat dipakai manusia hanyalah 0.003% saja, karena sebagian besar air tawar di bumi tersimpan dalam bentuk es dan gletser atau endapan salju.
    Sebelum berangkat sekolah, Ibu selalu menyelipkan sapu tangan di saku atau tas. Tujuannya agar anak-anaknya bisa mengusap keringat, ingus atau hanya sekedar untuk mengeringkan tangan setelah cuci tangan. Memang tidak praktis, ribet dan mungkin kurang higienis tapi tidak mengancam ekosistem hutan yang ada di dunia. Berbeda dengan tisu yang dijaman modern ini hampir seluruh keluarga di bumi sangat tergantung pada benda satu ini. Seperti yang ditulis dalam majalah Tissue World yang dilansir pada bulan Juli-Juli 2010, bahwa dalam pembuatan 3.2 ton tisu perlu menebang pohon sebanyak 54 juta batang pohon. Dimana setiap roll tisu, dalam proses pembuatannya membutuhkan sebanyak 37 galon atau setara dengan 140 liter air. Hitung-hitungan secara sederhana dalam konteks keluarga Indonesia adalah jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta orang dan setiap satu harinya satu orang menggunakan setengah gulung kertas tisu. Artinya penggunaan kertas tisu bisa mencapai 100 juta gulung tisu per hari, berarti per bulan nya pemakaian tisu di indonesia mencapai tiga milyar gulung. Bila berat kertas tisu itu satu gulung mencapai seperempat kilogram, maka tiga milyar dihasilkan angka kira-kira 750.000.000 kilogram setara dengan 750.000 ton. Bila untuk menghasilkan 1 ton pulp diperlukan 5 meter kubik kayu bulat, dengan asumsi kayu bulat 120 meter kubik per hektar (diameter 10 up) maka sudah bisa ditebak penggunaan hutan untuk urusan kebersihan mencapai ratusan ribu hektar setiap bulannya.

    Ibu pula yang selalu membonceng anak-anaknya dengan sepeda angin untuk berkeliling kampung, mengantarkan kesekolah atau membeli kebutuhan pokok di pasar. Ibu pulalah yang menyemangati dan membangkitkan semangat ketika anak-anaknyanya jatuh dari sepeda angin, pada saat awal-awal belajar sepeda. Kaki berdarah, bibir jontor atau tangan tergores, rasanya tidak menjadi masalah karena Ibu selalu menyemangati bahwa sepeda angin inilah yang nanti akan mengantarkan kita kesekolah. Ternyata sepeda angin ini juga bisa mewujudkan udara yang bebas polusi, tidak seperti mesin bermotor yang rakus bahan bakar fosil, membuat udara kotor karena muntahan gas karbon dioksida dari knalpotnya dan boros tempat yang membuat jalanan macet dan tidak nyaman lagi.

    Ibu mungkin melakukan hal-hal sederhana, yang secara tidak langsung mengajarkan dan memberikan contoh kepada anak-anaknya. Tapi dari yang sederhana itu ternyata sangat berarti besar bagi bumi. Bumi yang hanya satu dan Ibu lah salah satu yang menyelamatkannya, karena Ibu sang penyelamat Bumi. Selamat hari Ibu 

    0 Komentar:

    Posting Komentar

    Berlangganan Posting Komentar [Atom]

    << Beranda